Menurut ajaran Hindu Kaharingan, parentas adalah suatu amalan atau ilmu untuk suatu tujuan. Parentas itu banyak sekali, dan bermacam-macam sifatnya. Disini parentas yang akan dijabarkan adalah parentas yang diamalkan untuk kalangan muda khususnya yang sedang menuntut ilmu pengetahuan (sekolah).
Dalam kitab suci Panaturan terdapat kisah tentang perubahan wujud Mangku Amat Sangen dan Nyai Jaya Sangiang. Kedua manisfestasi Ranying Hatala tersebut merupakan leluhur atau sangiang yang berada di alam atas (alam kekuasaan Ranying Hatala).
Mangku Amat Sangen dan Nyai Jaya Sangiang adalah orang tua dari Raja Bunu. Artinya apabila kita kembali menelusuri hal tersebut dalam kitab suci Panaturan, dimana setelah Tiwah Suntu Raja Tantaulang Bulau di Lewu Bukit Batu Nindan Tarung yaitu suatu desa tempat Tiwah Suntu tersebut dilaksanakan.
Begitu upacara Tiwah Suntu selesai, Manyamei Tunggul Garing dan Kameluh Putak Bulau disuruh oleh Ranying Hatala untuk pergi dari Lewu Bukit Batu Nindan Tarung menuju suatu tempat yang diberi nama oleh Ranying Hatala yaitu Batang Danum Rasau Kaput dan mereka berdua inilah yang memiliki Garu Bahari, Santi Mait, yaitu kesaktian yang bisa menghidupkan mayat.
Pada suatu hari ketika Raja Tantaulang Bulau sedang sakit keras. Anak-anaknya bersedih melihat keadaan ayah mereka yang sakit tersebut. Maka anaknya, Rawing Tempun Telun dan Raja Duhung Bulau pergi menemui kakek dan neneknya Mangku Amat Sangen dan Nyai Jaya Sangiang. Karena kesaktian nenek moyangnya itulah ayah mereka Raja Tantaulang Bulau, bisa sembuh dan sehat kembali.
Tak lama kemudian, Mangku Amat Sangen dan Nyai Jaya Sangiang pun ikut pergi ke tempat Raja Tantaulang Bulau karena untuk memenuhi permintaan cucu-cucunya, yang sudah rindu dan lama tak berjumpa dengan mereka berdua. Sesampainya ditempat Raja Tantaulang Bulau, kakek dan neneknya tersebut lalu disuguhi makanan yang sebenarnya Pali atau pantangan bagi mereka berdua.
Karena sudah terlanjur dimakan seperti kata pepatah Nasi sudah menjadi bubur, maka terjadilah suatu perubahan yang dirasakan oleh Mangku Amat Sangen dan Nyai Jaya Sangiang dalam diri mereka berdua. Suapan makanan yang ketiganyalah menyebabkan keduanya langsung berubah wujud menjadi benda-benda yang berguna bagi umat Hindu Kaharingan kelak dikemudian hari.
Namun disini penulis hanya menjelaskan 4 (empat) benda yang berasal dari perubahan wujud oleh Mangku Amat Sangen dan Nyai Jaya Sangiang yang bisa digunakan untuk Parentas bagi kalangan umat Hindu Kaharingan dimana pun berada.
1. Bawak matae kejadian menyatu pada buah pinang.
2. Darung pinding kejadian menyatu pada daun sirih.
3. Untek kejadian menyatu pada kapur sirih.
4. Daha kejadian menjadi air.
Caranya :
Siapkan gelas yang berisi air putih. Buah pinang dan daun sirih kita buat menjadi giling pinang (berbentuk kerucut), kemudian kapur sirih kita oleskan dibawah gelas berbentuk tanda + (lampinak), dupa/kemenyan.
Barulah kita menggaru (mengasapi dengan kemenyan/ dupa) barang-barang tersebut. Mantranya adalah :
Ehem-ehem…
Misik ganan bitim bua pinang sarayung lewu, dawen sirih jarenang,ketuk sirih tanturung tulang, danum nyalung kaharingan,,,basa handung katawangkuh panamparan asalmuh hemben huran panambalun tambun,bitin ketun ije kajadian bara tingang tatu kuh Mangku Amat Sangen tuntang Nyai Jaya Sangiang je puna hai kuasa belum mahaga Garu Bahari, Santi Mait jaya…huang andau jetuh bulan biting kuh handak minjam kuasan enteng tingang tatu kuh hajamban je awi ku tuh…balaku mujan kapintar kaharati parentas rawei paharus jalan parajang tutur….sahii
Tidak ada komentar:
Posting Komentar